Rumah Singgah Tuan Qadi – Hunian Rumah Cantik di Tepi Sungai Siak Kampung Bandar Senapelan Pekanbaru
Rumah Tuan Qadhi awalnya dibangun oleh H. Nurdin Putih seorang saudagar yang terkenal di Senapelan, sekitar tahun 1895. Fatimah binti Nurdin Putih, salah seorang anak perempuan beliau, menikah dengan Zakaria bin H Abdul Muthaiib, seorang pemuda dari Labuhan Bilik Panai, Sumatera Timur. Selanjutnya rumah ini diserahkan kepada mereka dan mertuanya pindah ke rumah yang baru
Rumah kayu ini tetap menjadi persinggahan Sultan Syarif Qasim II ketika turun dari Kapal Kato ketika bermalam di Senapeian usai melakukan perjalanan menyusuri wilayah pedalaman Kerajaan Siak di hulu Sungai Siak.
Semasa pemerintahan Sultan Syarif Qasim ll, H. Zakaria bin H. Abdul Muthalib dipercaya sebagai Ketua Kerapatan Syariah Kerajaan Siak Sri Indrapura bergelar Qadhi, berkedudukan di ibukota Kerajaan Siak dan bertugas mendamping Sultan Siak sebagai “tolan masyarakat terakah pusaka hukum Allah” seperti yang tertuang dalam Bab al Qawa'id (Kitab Segala Pegangan) sebuah pranata hukum Kerajaan Siak Sri lndrapura.
Tuan Qadhi H. Zakaria wafat di Siak dan dimakamkan di dalam kawasan Makam Koto Tinggi, Kampung Dalam Siak Sri Indrapura. Seiring perjalanan waktu, Rumah Singgah Sultan Siak ini tidak terdengar lagi kebesarannya. Apalagi sejak rumah ini telah dibeli oleh Iskandar bin Ahmad (Atan Gope), seorang pengusaha besi tua, pada tahun 1994. Berkat amanah ibunda Atan Gope, bangunan rumah tua tersebut tetap dipertahankan dan hanya berubah fungsi menjadi gudang penyimpanan besi tua hingga pembebasan lahan tahun 2010.
Pada tahun 2011, Aliansi Masyarakat Pelestari Warisan Pusaka Melayu Riau (dulunya bernama Resam Pelestarian Budaya Bandar Senapelan atau Bandar Senapelan Heritage) melaporkan hasil temuan rumah kayu yang perlu diselamatkan kepada pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar (sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
Pada tahun 2012, BPCB Batusangkar menindaklanjuti dengan menurunkan Tim Arkeolog BPCB untuk, melakukan pendataan satu persatu di lapangan, menerbitkan laporan koordinasi tentang “Pengelolaan Kawasan Bandar Senapelan, Identifikasi Awal & Aplikasi Konsep Manajemen Sumber Daya Budaya pada Warisan Budaya Kawasan Perkotaan di Kota Pekanbaru” dan melakukan audensi langsung di depan Walikota Pekanbaru.
Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan dan PariWisata Kota Pekanbaru bekerjasama dengan BPCB Batusangkar melakukan kegiatan konservasi terhadap rumah ini dan menjadikannya sebagai ikon baru Kota Pekanbaru di tepian Sungai Siak. Pada tahun 2015 Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Riau Direktorat Jenderal Cipta Karya, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekanbaru melakukan kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional Sejarah Melayu Kota Pekanbaru berupa Ruang Terbuka Publik yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Taman Tuan Qadhi.
Pada Desember 2017 PT. Bank Rakyat lndonesia (Persero) Tbk. memberikan bantuan melalui Program CSR dengan melakukan pembenahan dengan pembangunan sarana penunjang di kawasan Taman Tuan Qadhi dengan mengusung tema “Teras BRI Nusantara". Ke depan, penataan akan terus dilakukan untuk menjadikan kawasan tepian Sungai Siak menjadi "Kawasan Waterfont City" dengan nilai-nilai sejarah dan budaya Melayu sebagai tema pada area ini.
Kita membahas tentang bangunan rumah singgah tuan Qadi ini. Model bangunan rumah masih seperti aslinya dengan sentuhan warna krem, kuning keemasan, dan biru. Rumah panggung ini terbuat dari kayu, atapnya menggunakan asbes. Pondasinya terbuat dari tiang seperti ini karena antisipasi pasangnya air sungai.
Sebelum memasuki rumah, terdapat sebuah bak berisi air. Siapa pun tamu yang masuk bisa membersihkan kaki di tempat tersebut. Memasuki rumah panggung ini, Anda akan sedikit menaiki anak tangga. Setelah masuk, akan ada ruangan besar sebagai tempat berkumpul. Beberapa foto lama pun dipajang di sana. Mulai dari bagaimana hiruk pikuk kegiatan masyarakat di Sungai Siak, hingga penyebrangan sebelum adanya Jembatan Siak.
Pada lantai yang terbuat dari kayu pula, terdapat beberapa dulang. Dulang ini merupakan wadah makanan yang disajikan untuk para tamu yang datang. Nantinya makanan tersebut bisa dinikmati bersama-sama. Kayu-kayu yang ada di sini (bangunan rumah) masih asli. Hanya (kayu pada) lantai yang di restorasi sebagian, tetapi diganti kayu yang hampir sama, jenisnya meranti merah.
Terdapat juga beberapa permainan tradisional seperti gansing yang biasa dimainkan dalam perayaan agama. Gasing ini terbuat dari kayu, dengan tali dari bahan ijuk atau goni. Gangsing yang ada di Rumah Singgah Sultan Siak di Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau. Kemudian terdapat pula centong yang terbuat dari batok kelapa. Biasanya digunakan untuk memasak, atau pun digunakan untuk mengambil makanan berkuah. Ada pula alat musik kompang, terbuat dari kayu dan kulit sapi.
terimakasih sudah berkunjung di blog ini, serta yang ingin melihat video tentang rumah singgah tuan Qadi silahkan di klik https://youtu.be/04p9QgQP-K0
dan jangan lupa kasih like dan subscribenya
Bagi yang ingin request tentang sejarah-sejarah yang ada di Pekanbaru, silahkan tuliskan dikolom komentar
TERIMAKASIH
terimakasih sudah berkunjung di blog ini, serta yang ingin melihat video tentang rumah singgah tuan Qadi silahkan di klik https://youtu.be/04p9QgQP-K0
dan jangan lupa kasih like dan subscribenya
Bagi yang ingin request tentang sejarah-sejarah yang ada di Pekanbaru, silahkan tuliskan dikolom komentar
TERIMAKASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar