Minggu, 09 September 2018

Sejarah Masjid Raya Pekanbaru


Sejarah Masjid Raya Pekanbaru


Bermula pada saat Sultan Alamudin yang bergelar Sultan Abdul Jalil Alamuddinsyah penguasa kerajaan Siak Sri Indrapura memindahkan pusat kerajaannya dari mempura besar (kini dikenal sebagai Siak) ke Bukit Senapelan. Ini merupakan ketentuan adat dari raja melayu masa lalu, setiap kali terjadinya perpindahan pusat kerajaan, maka harus disertai dengan pembangunan istana, balai kerapan dan masjid.
Pada zaman penjajahan Belanda dan masa pemimpin Districh hoop Wan Entol bersamaan semasa Sultan Syarif Kasim II Berkuasa sudah berdiri sebuah masjid disebelah timur makam Sultan Alamuddinsyah (Sultan Siak ke IV) dan Sultan Muhammad Ali (Sultan Siak ke V) masjid tersebut berbentuk panggung dan Migrab mempunyai pondasi dari bata yang di semen, tinggi dari permukaan tanah kurang lebih 80 CM , Lantai dan Dinding tersebut dari papan, dan atapnya dari daun, ukuran masjid 9 × 20 M ditambah selasar Utara dan satu pintu Utama sebelah timur pintu terletak bahagian tengah, untuk menaiki masjid tersebut dibuat tangga dari tanah yang dibentuk. Pintu utama dibuat untuk memasuki masjid, sedangkan pintu bahagian Utara digunakan untuk jamaah untuk pergi mengambil wudhu, karena sewaktu itu ada sumur yang terletak di luar dekat pintu bahagian Utara tersebut, masjid tersebut dibuat oleh masyarakat tempatan, masjid ini diperkirakan dibangun semasa Datuk Syah Bandar Abdul Jalil tahun 1901. 

Masjid ini juga selalu disinggahi para pedagang, Masyarakat dan Sultan Siak sewaktu melakukan kunjungan ke Pekanbaru untuk melakukan ibadah, serta Ziarah kemakam leluhur Kesultanan Siak, karena memang dikala itu masjid ini merupakan satu satunya Masjid yang berada di Pekanbaru, masyarakat kala itu hanya menyebutnya "Masjid" tanpa ada nama lain.Sesuai dengan perkembangan zaman maka atap masjid yang dibuat dari daun diganti dengan atap genteng yang terbuat dari tanah liat, namun pada tahun 1940 an masjid tersebut di bongkar karena pembangunan masjid pengganti sudah rampung dilaksanakan, namun demikian bekas pembongkaran masjid ini masih menyisakan pondasi Migrab.Sesuai dengan peradaban dan makin ramainya masyarakat maka dibutuhkan masjid yang lebih besar disamping lama mengalami pelapukan dan rusak maka digagaslah untuk membangun masjid yang lebih besar, namun kondisi alam dan lahan masjid yang sangat kecil, dimana Masjid ini pun di kelilingi oleh kuburan yang jelas tidak memungkinkan untuk melakukan perluasan masjid.Bersamaan dengan itu ada masyarakat yang menghibahkan tanah disebelah selatan masjid makam lebih kurang 40 langkah dari masjid yang lama maka disepakati untuk membangun masjid yang baru dan terbuat dari beton (permanen).Pada tahun 1923 warga Pekanbaru yang bernama H. Muhammad Beserta istrinya Hj. Sakdiah mewakafkan sebidang tanah kosong yang kala itu hanya ditumbuhi beberapa pohon dan semak, untuk kepentingan pembangunan masjid tersebut.

Pada tahun 1927 dibentuk panitia pembangunan masjid yang di panitiai oleh : H. Sulaiman India sebagai ketua pembangunan sekaligus keuangan, sekretaris guru Mahmud dan Guru Hasan, dibantu oleh M. Zein, Abdul Salam, Muhammad Djamal, Said Zein, Ibrahim, dll.
Pada hari selasa tanggal 31 Juli 1928M / 14 safar 1347 Hj, H. Sulaiman membuat gambar sketsa dan anggaran biaya pembangunan masjid, sejak itu mulailah panitia bekerja diawali dengan penggalian sumur untuk pembangunan masjid yang lokasinya didekat masjid dan setelah itu dipergunakan untuk keperluan berwudu. Sumur ini murni sumbangan H.Sulaiman dan sampai sekarang sumur ini masih dimanfaatkan oleh jamaah dan masyarakat, sedangkan salah satu petugas pembangunan sumur ini adalah Mak Anis asal dari Bukit Tinggi yang masih sempat memberikan kesaksian sebelum beliau meninggal, dikarenakan perluasan, maka sumur tua ini sekarang berada dalam salah satu ruangan didalam masjid.

Pada tahun 1940 dibuatlah pintu gerbang masuk halaman masjid. Digerbang ini juga ditulis nama masjid dan tahun pembuatan gerbang. Digerbang masjid ini tertulis nama Masjid Raya Pekanbaru dengan tulisan arab melayu, sedangkan tahun pembuatan gerbang terbuat dari huruf latin dengan tulisan 1940.

Pada tahun 1973 diadakan pembangunan tambahan terdiri dari
1.      Selasar kiri dan kanan ditambah lebarnya sebesar 4,3M
2.      Selasar bagian timur ditambah lebarnya sebesar 4,3M dan dibangun enterance pada bagian tengah sedangkan pada pojok kiri dan kanan dibangun tangga naik
3.      Bagian depan ( Sisi Barat) diperbesar 4,3M dan migrab dibuat berbentuk setengah lingkaran
Dalam kondisi ini masjid menjadi beberapa bahagian yaitu ruangan utama, migrab, selasar kecil pada kiri, kanan dan depan selasar besar bahagian kiri,kanan dan depan, penghubung antara selasar dan ruang utama terdapat 5 pintu dan 6 jendela dari kaca, sedangkan yang memisahkan selasar besar dan kecil adalah ornamen dinding berbentuk batu berlobang setinggi lebih kurang 80Cm.

Pada tahun 1984 dimasa pengurusan Wan Muchtar Hasan, masjid mengalami perombakan total dan hanya meninggalkan dinding selasar besar. Sedangkan dinding selasar kecil dipasang pintu dan jendela menjadi dinding ruangan utama. Dinding ini dilengkapi dengan 4 pintu dan beberapa jendela, atap dan kubah juga di bongkar total namun tiang 6 dan bekas migrab masih utuh. Dana dibantu oleh pemerintah Republik Indonesia sebesar 25.000.000 melalui bantuan presiden.

Pada tahun 1994 lantai masjid yang terbuat dari ubin ukuran 20x20 berwarna merah maron diganti dengan mar mar berwarna putih keabu-abuan dari tulung agung berukuran 30x30cm.
Pada tahun 1999 dibangun cungkup pelindung sumur tua. Dana dibantu oleh pemprov Riau. Pada tahun 2002 bagian barat, sisi kiri dan kanan migrab dibuat ruangan imam dan bilal dan juga dibangun tempat wudu, wc pada lantai bawah dan kantor dibagian atas. Pada sisi bagian selatan masjid setelah melakukan pembebasan lahan dari Ibu Ros Ex rumah Hj. Ngatino.

Pada tahun 2004 dibangun pendopo atau balai-balai tepatnya pada bagian selatan masjid antara masjid dan tempat wudu. Pada tahun 2009 dilaksanakan peletakan batu pertama proses revitalisasi masjid raya oleh Gubernur Riau yang diwakili oleh H. Bambang Mit, dan sampai proses sekarang.




Peninggalan masjid lama sampai sekarang masih dipertahankan berupa 6 buah tiang yang masih berdiri kokoh didalam masjid. Selasar kecil masih ada yang ditandai dengan 9 buah tiang yang berlengkung didalam ruangan masjid. Pondasi lama masih utuh dan terawat yang berada dibawah lantai masjid ditandai dengan lantai mar mar berwarna hijau.






  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pasar pujasera yang tak terawat lagi

Kondisi Pasar Pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) di Jalan Arifin Achmad sangat memprihatinkan. Pujasera yang pernah di kelola Pemko Pekan...